Tota menjelaskan graduasi tidak serta merta memutus layanan. Para PM akan dimonitor hingga penghasilannya mencapai Upah Minimum Kabupaten (UMK). Monitoring di kawasan Indonesia Timur memiliki tantangan tersendiri, terlebih jika peserta pelatihan berasal dari luar pulau.
Untuk mensiasati itu, Kemensos mengikutsertakan para pendamping kabupaten secara proporsional dalam pelatihan.
"Para pendamping akan membimbing dan memantau lima peserta. Jika kami ingin mengetahui perkembangan usaha para peserta, kami akan menanyakan kepada pendampingnya,” Kata Tota.
Ia mengatakan progres graduasi dipantau langsung oleh Mensos Risma. Setidaknya Sentra harus melaporkan progres usaha PM secara mingguan kepada Mensos. Meskipun tidak membuat target, namun harapannya PM sudah dapat menjual produknya dalam tiga bulan ke depan.
Sementara itu, resep makanan dan minuman yang diajarkan dikreasikan dengan potensi lokal dengan mengikuti tren kekinian. Nusa Tenggara Timur memiliki potensi daun kelor, pisang, jagung hingga hasil laut yang melimpah. Beberapa resep yang diajarkan seperti naget pisang kelor, cromboloni goreng dengan fla kelor dan jagung, dan abon tuna kelor. Hal ini agar para peserta tidak kesulitan mencari bahan untuk memulai usaha.