Menjadi Pintu atau Jendela?

- 9 November 2023, 04:45 WIB
Foto:Maria Inggriani Nuet/ist
Foto:Maria Inggriani Nuet/ist /

Oleh: Maria Inggriani Nuet 

DeranaNTT - Menemani kesunyiannya sore itu, dia membalikan gelas kopi terakhirnya di atas piring antik milik ibunya. Beberapa kenangan  menemaninya dalam setiap tegukan kopinya sore itu.  Lantas, air mata tiba-tiba menganak di antara pipi kecilnya. Aku merasakan bagaimana cerita dibalik air matanya.

"Kau pernah berpikir, dunia akan menjadi  sesendu ini? " Pertanyaan kecilnya memecah keheningan kami sore itu. 

"Tak ada yang menginginkan luka dalam cerita hidup mereka, jika pun  pilu kini kau tanggung kita hanya perlu melaluinya bukan". Dia tak menyahut lagi hanya memberikan sebuah senyuman sinisnya kepadaku. 

Baca Juga: 5 Desa Wisata di Manggarai Timur, Nomor 1 Surga Kopi Dunia

"Kau hanya kurang bersyukur untuk kehidupan yang kau miliki, cobalah menerima segala yang terjadi dengan ikhlas. " 

"Hahaha... Aku pernah melalui segala hari dalam hidupku dengan segala rasa syukur yang aku punya tapi, kali ini haruskah aku mensyukuri sebuah kehilangan? Luka? Air mata? Hah? "

Dia marah kepadaku, membentakku dengan air mata yang masih menganak di antara sudut matanya, sekalipun sesekali coba diusap dengan jarinya namun dukanya masih tetap bisa kulihat. 

Aku juga tak bisa bicara banyak, memberi ceramah atau semacamnya, akupun telah gagal menjadi penghiburr.... Ahhh... Benar-benar pria bodoh aku ini bagaimana bisa aku memintanya bersyukur, aku benar-benar bodoh tadinya aku pikir bisa memberi semangat untuknya tapi, aku  terlalu bodoh.

Halaman:

Editor: Mulia Donan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Damaikan Aku Tuhan

24 November 2023, 16:26 WIB

Terlalu Cepat 'Tuhan'

24 November 2023, 12:20 WIB

Menjadi Pintu atau Jendela?

9 November 2023, 04:45 WIB

Kampung Halamanku Adalah Kedamaianku

1 Agustus 2023, 10:56 WIB

Elegi Cinta

31 Juli 2023, 11:30 WIB

Terpopuler

Kabar Daerah