DeranaNTT - Sedih dan pilu nasib warga Palestina saat ini. Dimana, mereka yang mengungsi di jalur Gaza Selatan terpaksa gunakan air laut yang berada di pesisir Laut Mediterania sebagai salah satu kebutuhan pokok untuk mandi dan cuci.
Tekanan demi tekanan selalu mengintai mereka. Kekejaman yang dilakukan oleh penjajah Israel terpaksa harus menuntut mereka untuk menikmati kehidupan yang tak layak.
Baca Juga: Kekejaman yang Tiada Hentinya Jalur Gaza Palestina, 92 Anggota PBB Tewas di Tangan Penjajah Israel
Dilansir DeranaNTT dari laman Al Jazeera, Jumat 10 Oktober 2023, dimana Andaleeb al-Zaq yang merasa bersyukur atas keberadaan Laut Mediterania hingga keluarganya yang beranggotakan 16 orang dapat mengungsi dari rumah mereka di Shujaiya, sebelah timur Kota Gaza sesaat setelah datangnya serangan udara bertubi-tubi oleh penjajah Israel itu.
Kondisi itu, lantas mendorong mereka menuju ke Sekolah Dasar Alif yang dikelola oleh Badan Pengungsi PBB, tetapi ternyata semua ruang kelas sudah penuh dengan keluarga lain yang berjumlah 80 orang per kelas.
Baca Juga: Lakalantas antara Mobil Truk dan Sepeda Motor, Warga Manggarai Timur Tewas
Akhirnya, mereka memilih mendirikan tenda di halaman sekolah dan menggunakan air seadanya dari Laut Mediterania.
Meski begitu, mereka sebenarnya tahu bahwa air Laut Mediterania juga sudah tercemar dan mengakibatkan anak-anak menderita diare, batuk, dan pilek.
Bagaimana tidak, infrastruktur sanitasi yang tidak memadai dan terjadinya kekurangan listrik menyebabkan air limbah yang tidak diolah dibuang ke laut dan berujung pada munculnya berbagai penyakit menular di Jalur Gaza.